Leptospirosis adalah penyakit manusia dan hewan dari kuman dan
disebabkan kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel
hewan yang terkena.
Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil
dengan gejala panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta
pembesaran hati dan limpa. Penyakit dengan gejala tersebut di atas oleh
Goldsmith (1887) disebut sebagai Weil’s Disease. Pada tahun 1915 Inada
berhasil membuktikan bahwa “Weil’s Disease” disebabkan oleh
bakteri Leptospira icterohemorrhagiae
Gejala Leptospirosis dini umumnya adalah demam, sakit kepala parah,
nyeri otot, merah, muntah dan mata merah. Aneka gejala ini bisa meniru
gejala penyakit lain seperti selesma, jadi menyulitkan diagnosa. Malah
ada penderita yang tidak mendapat semua gejala itu.
Gejala kliknis
Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 – 26 hari . Infeksi
Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang
tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa. Infeksi L.
interrogans dapat berupa infeksi subklinis yang ditandai dengan flu
ringan sampai berat, Hampir 15-40 persen penderita terpapar infeksi
tidak bergejala tetapi serologis positif . Sekitar 90 persen penderita
jaundis ringan, sedangkan 5-10 persen jaundis berat yang sering dikenal
sebagai penyakit Weil. Perjalanan penyakit Leptospira terdiri dari 2
fase, yaitu fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan fase
selama 1-3 hari kondisi penderita membaik. Selain itu ada Sindrom Weil
yang merupakan bentuk infeksi Leptospirosis yang berat.
Fase Septisemik dikenal sebagai fase awal atau fase leptospiremik
karena bakteri dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan
sebagian besar jaringan tubuh. Pada stadium ini, penderita akan
mengalami gejala mirip flu selama 4-7 hari, ditandai dengan demam,
kedinginan, dan kelemahanotot. Gejala lain adalah sakit tenggorokan,
batuk, nyeri dada, muntah darah, nyeri kepala, takutcahaya, gangguan
mental, radang selaput otak (meningitis), serta pembesaran limpa
dan hati.
Fase Imun sering disebut fase kedua atau leptospirurik karena
sirkulasi antibodi dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urin, dan
mungkin tidak dapat didapatkan lagi dari darah atau cairan
serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0-30 hari akibat respon
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung organ tubuh yang
terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal.
Jika yang diserang adalah selaput otak, maka akan terjadi depresi,
kecemasan, dan sakit kepala. Pada pemeriksaan fungsi hatididapatkan
jaundis, pembesaran hati (hepatomegali), dan tanda koagulopati.
Gangguan paru-paru berupa batuk, batuk darah, dan sulit bernafas.
Gangguan hematologi
berupa peradarahan dan pembesaran limpa (splenomegali).
Kelainan jantung ditandai gagal jantung atau perikarditis. Meningitis
aseptik merupakan manifestasi klinis paling penting pada fase imun.
Leptospirosis dapat diisolasi dari darah selama 24-48 jam setelah
timbul jaundis. Pada 30 persen pasien terjadi diare atau kesulitan buang
air besar (konstipasi), muntah, lemah, dan kadang-kadang penurunan
nafsu makan. Kadang-kadang terjadi perdarahan di bawah kelopak mata dan
gangguan ginjal pada 50 persen pasien, dan gangguan paru-paru pada 20-70
persen pasien.
Gejala juga ditentukan oleh serovar yang menginfeksi. Sebanyak 83
persen penderita infeksi L. icterohaemorrhagiae mengalami ikterus, dan
30 persen pada L. pomona. Infeksi L. grippotyphosa umumnya menyebabkan
gangguan sistem pencernaan. Sedangkam L. pomonaatau L. canicola sering
menyebabkan radang selaput otak (meningitis).
Sindrom Weil adalah bentuk Leptospirosis berat ditandai jaundis,
disfungsi ginjal, nekrosis hati, disfungsi paru-paru, dan diathesis
perdarahan. Kondisi ini terjadi pada akhir fase awal dan meningkat pada
fase kedua, tetapi bisa memburuk setiap waktu. Kriteria penyakit Weil
tidak dapat didefinisikan dengan baik. Manifestasi paru meliputi batuk,
kesulitan bernafas, nyeri dada, batuk darah, dan gagal napas. Disfungsi
ginjal dikaitkan dengan timbulnya jaundis 4-9 hari setelah gejala awal .
Penderita dengan jaundis berat lebih mudah terkena gagal ginjal,
perdarahan dan kolap kardiovaskular. Kasus berat dengan gangguan hati
dan ginjal mengakibatkan kematian sebesar 20-40 persen yang akan
meningkat pada lanjut usia.
Cara penularannya
Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air
(water borne disease). Urin(air kencing) dari individu yang terserang
penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun
pada hewan. Kemampuan Leptospira untuk bergerak dengan cepat
dalam airmenjadi salah satu faktor penentu utama ia dapat menginfeksi
induk semang (host) yang
baru.Hujan
deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir.
Gerakan bakteri memang tidak mempengaruhi kemampuannya untuk memasuki
jaringan tubuh namun mendukung proses invasi dan penyebaran di dalam
aliran darah induk semang.
Di
Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi
banjir. Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti
banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta
banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya
bakteri Leptospiraberkembang biak. Air kencing tikus terbawa banjir
kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka,
selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus merupakan reservoir
dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis karena bertindak sebagai
inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain
seperti sapi, kambing,domba, kuda, babi, anjing dapat terserang
Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar tikus.
Bentuk penularan Leptospira dapat terjadi secara langsung dari
penderita ke penderita dan tidak langsung melalui suatu media .
Penularan langsung terjadi melalui kontak dengan selaput lendir
(mukosa) mata (konjungtiva) , kontak luka di kulit, mulut, cairan urin,
kontak seksual dan cairan abortus (gugur kandungan). Penularan dari
manusia ke manusia jarang terjadi .
Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau manusia
dengan barang-barang yang telah tercemar urin penderita, misalnya alas
kandang hewan, tanah, makanan, minuman dan jaringan tubuh. Kejadian
Leptospirosis pada manusia banyak ditemukan pada pekerja
pembersih selokan karena selokan banyak tercemar bakteri Leptospira.
Umumnya penularan lewat mulut dan tenggorokan sedikit ditemukan karena
bakteri tidak tahan terhadap lingkungan asam
.
Cara pengobatannya
Kalau Anda terserang leptospirosis, itu bukan berarti akhir dari
segalanya. Leptospirosis bukan penyakit ganas. Obatnya mudah didapat dan
murah. Hanya saja di awal-awal kasusnya mungkin luput didiagnosis.
Selain antibiotika golongan penicilline, kuman juga peka terhadap
streptomycine, chloramphenicol dan erythromycine. Harga jenis
antibiotika klasik ini tergolong tidak tinggi, selain mudah didapat,
bahkan di Puskesmas sekali pun.
Jika diobati selagi masih dini, prognosis leptospirosis umumnya baik.
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan:
Antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan. Tempat-tempat yang
kemungkinan bisa dijadikan tempat bersarangnya tikus, segera
dibersihkan agar tak ada tempat sedikitpun untuk berkembangbiaknya
bakteri leptospira yang mematikan.
Kuman leptospira ini mampu bertahan hidup bulanan di air dan tanah,
dan mati oleh desinfektans seperti lisol. Maka upaya “lisolisasi”
seluruh permukaan lantai, dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan
tercemar air kotor banjir yang mungkin sudah berkuman leptospira,
dianggap cara mudah dan murah mencegah “mewabah”-nya leptospirosis.
Selain sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya
dilakukan dengan menjaga tangan selalu bersih . Selain terkena air kotor
, tangan tercemar kuman dari hewan piaraan yang sudah terjangkit
penyakit dari tikus atau hewan liar. Hindari berkontak dengan kencing
hewan piaraan. Biasakan memakai pelindung, seperti sarung tangan karet
sewaktu berkontak dengan air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas
kaki, memakai sepatu bot, terutama jika kulit ada luka, borok, atau
eksim. Biasakan membasuh tangan sehabis menangani hewan, ternak, atau
membersihkan gudang, dapur, dan tempat-tempat kotor.